Minggu, 07 Desember 2008

Tanril Vol I Ho Wuan Siang

Dear Crows of War

Fear not thy shalt prey on those rotten and putrid flesh

Of fallen warriors, blinded by Madness and Hatred

We, the Guardians, shall never let thine beak savor those fell flesh

We shall fight so no ravens and black feathered ever gather in the sky

Yet no worries, ravens and black-feathered soul-mates,

For the nature shall provide you plenty, and men shall be freed from their madness

As long as we breathe and laughed

The Crow Guardians (Hetranis Zagzaligra)

Tanril, Vol I epik Ho Wuan Siang adalah novelku yang ke-3.

Novel ini bergenre Fantasy-Epic-Martial Arts yang bersetting di sebuah dunia antah-berantah, tepatnya di sebuah Kerajaan yang terkenal dengan Perdagangan dan Gurun-gurunnya, yaitu Kerajaan Telentium.

Jika melihat Judulnya orang tentu mengira ini adalah cerita silat bersetting di Tiongkok. Tapi dalam dunia antah-berantah ini, yang bernama Blue World, suku bangsa yang memiliki nama dan ciri-ciri mirip dengan Tiongkok ini adalah bangsa Zirconia. Dan Ho Wuan Siang sendiri adalah Arus Api Kehidupan, sebuah konsep filosofis yang mengandung arti bahwa Kehidupan itu bagaikan Nyala Api, tapi mengalir bagaikan Air, terus, misterius, indah, dan merupakan inti dari segala kisah dan eksistensi.

Nama-nama tokoh di sini juga hanya sedikit yang ber-”bau” Tiongkok (jika kita masih mengacu pada mindset kisah silat biasa) sedangkan sisanya adalah nama-nama khayal yang mengacu seperti pada penokohan Fantasi pada umumnya.

Tokoh utamanya adalah seorang anak bernama Wander Natalez Howard, seorang putra bungsu (saat kisah dimulai) dari ayah bersuku bangsa Telentium dan Ibunda dari Suku Selatan. Mereka tinggal di sebuah Kota Dagang sekaligus Benteng bernama Fru Gar.

Sejak kecil Wander sakit-sakitan dan sering menjadi sasaran bullying anak-anak sebayanya. Hal inilah yang memotivasinya untuk mempelajari Arts, atau sebutan untuk Ilmu Bela Diri, agar bisa melindungi dirinya sendiri dan juga bahkan musuh-musuhnya yang berniat mencelakakannya. Tekadnya itu berjodoh dengan nasib dan mempertemukannya dengan 2 orang Guru yang mumpuni: Kurt Bodan Manjare, dan Jie Bi Shinjin.

Setelah remaja dan dewasa, terjadilah pergolakan besar di Kerajaan yang tadinya damai dan makmur itu, saat Raja Kerajaan Telentium meninggal dunia karena sakit. Suksesi yang tadinya disangka akan berjalan damai ternyata hanya tinggal mimpi kala ketiga pewaris Tahta yaitu Pangeran Pertama, Kedua, dan Ketiga ternyata terlibat dalam pergolakan di balik sebuah rahasia masa lalu yang kelam.

Lalu meletuslah Perang Saudara yang bahkan menjalar hingga mengancam kota tempat tinggal Wander. Terjebak di antara konflik dan tragedi, rahasia dan intrik, juga di kala keputus-asaan dan kegelapan hati manusia merebak, bagaimanakah nasib dan keputusan yang dilakukan Wander? Demi menyelamatkan semua yang disayanginya dan juga demi prinsip kehidupannya?

———————————————————

Sekarang saya akan membahas beberapa poin yang membuat saya menulis buku ini.

Yang pertama adalah betapa di Indonesia karya Fiksi Fantasi belum mendapatkan apresiasi yang sepantasnya, meskipun jika melihat jumlah penggemarnya (yaitu ekuivalen dengan semua penggemar Harry Potter - kategori softcore, hingga semua penggemar Lord of the Rings - penggemar hardcore fantasy) kita hanya bisa bengong melihat bagaimana segmen ini seolah lenyap begitu saja.

Saya telah melihat banyak karya fiksi fantasi jatuh dan tenggelam di dalam pasaran dalam negeri ini, padahal kualitas penulisan mereka saya ketahui begitu baik dan mendalam. Hal ini tidak membuat saya putus asa, karena saya seperti mereka, mencintai genre Fantasi ini begitu dalamnya, sehingga aneh rasanya kalau Indonesia tidak kebagian share para penulis Fantasi ulung (meski saya masih dalam tahap pembelajaran).

Saya hanya ingin mengemukakan sebuah Fantasi yang tidak hanya sekedar meniru-niru gaya barat, tapi juga memadukannya dengan kekayaan budaya yang telah kita miliki yaitu konsep filsafat timur. Di sinilah antara perang akbar ala Epik Fantasi memadu dengan konsep Martial Arts dan the Way of Life Timur, membentuk sebuah paduan khas yang luar biasa bagi saya pribadi.

Kedua, dalam buku ini diungkapkan juga konsep mengenai Kegilaan atau Madness, yaitu sebuah bayangan gelap dalam hati setiap manusia, yang sewaktu-waktu bisa merajai di kondisi yang sesuai, yang mengubah manusia bahkan masyarakat suatu bangsa yang tadinya bersatu padu dan damai, menjadi kubu-kubu dan peperangan saling bantai antar saudara dalam waktu sangat singkat. Kegilaan inilah yang memotivasi seluruh tragedi dan pertikaian, juga yang harus terus dihadapi dan dilawan oleh protagonis tadi dalam dirinya.

Pertempuran dalam level Makro (Perang Bangsa) dan Mikro (Perang dalam Nurani) ini adalah tema abadi umat manusia yang tidak akan ada habisnya selama manusia belum lagi suci, tercerahkan, manunggal kawulo gusti, atau bersatu dengan Sang Pencipta.

Tapi banyak sekali orang yang tidak memahami bagaimana cara menuju ke sana, karena terjebak dalam pusaran kegelapan hati dan kekacauan. Bagaimanakah seseorang bisa dikatakan menemukan kebenaran itu? Bagaimanakah bisa seseorang yang telah banyak membunuh demi kebenaran yang dipegangnya itu rela menyadari kesalahannya? Bagaimanakah perjuangan setiap orang memegang kebenaran mereka masing-masing (walau dikipasi oleh Kegilaan itu diam-diam) bertemu dan saling bertumbukan dalam prahara dan kehancuran?

Itulah tema yang hendak dibahas dalam novel ini.

Novel Tanril (Vol I) ini berfokus pada protagonisnya, sedangkan Zutkukkishi yi’l Gaidanim (Vol II) (Maaf nama judulnya belum bisa dipublikasikan tapi pembaca bisa tahu kok asal rajin membaca ensiklopedi Tanril di bab terakhirnya-Nafta) berfokus pada Penyesalan, Perubahan, dan akhirnya Prinsip Keyakinan di tengah Keputus-asaan dan Kegelapan yang menggila.

Semoga buku ini bisa berguna untuk para pembacanya, membawa juga penerangan budi bagi negeri kita dan seluruh dunia yang kini tercekam kegelapan juga.

Emitta yi’l Aitha,

Nafta S. Meika

4 komentar:

  1. wow, saya link & follow blog kamu di blogku http://fantasindo.blogspot.com (sekalian kumpulkan duit dulu utk beli novelnya heheh) salam dari vadis yg suka nongkrong di lautan indonesia dan penulis novel fireheart - legenda paladin (www.fireheart.tk)

    BalasHapus
  2. thanks.

    Saya belum baca fireheart, surely I will read it :D

    BalasHapus
  3. Ajarin donk cara bikin link antar blog?

    BalasHapus
  4. di dasbor kan ada kolom tata letak (layout). Lalu di bagian kanan klik "tambah gadget". kalau butuh bantuan langsung, undang saja saya jadi administrator ke email accenterprise-at-yahoo-dot-com. Kalau perlu bisa ditambahkan juga cover tanril jadi banner di judul atas.

    BalasHapus